Obama Apa Harapan Keamanan

26 07 2008

War & Jihad Swaramuslim

Obama Sulit Bersikap Adil terhadap Palestina

Katagori : Laporan
Oleh : Redaksi 24 Jul, 08 – 4:30 pm


Obama Pertegas Loyalitas pada Israel

Keraguan
umat Islam terhadap Calon Presiden AS Barack Obama dapat menyelesaikan
masalah Palestina secara adil dan menyeluruh semakin terbukti, apalagi
berharap Obama akan mampu menghentikan kekejaman tentara Israel
terhadap bangsa Palestina, menjadi suatu hal hampir mustahil.

Menurut laporan koresponden Al Jazeera di Ramallah, kunjungannya ke
Israel dan Palestina yang dimulai Rabu (23/7) dijadwalkan akan
berlangsung selama 36 jam. Sekitar 35 jam dialokasikan untuk pertemuan
dengan sejumlah petinggi Israel, seperti PM Ehud Olmert, Menhan Ehud
Barak, Presiden Shimon Perez, Benyamin Netanyahu serta pertemuan dengan
komunitas yahudi, disamping mengunjungi Museum Holocaust dan Tembok
Ratapan.

Sementara, hanya sekitar 40 menit saja dialokasikan dari waktu
kunjungannya untuk bertemu dengan pemimpin Palestina. Itupun hanya
Presiden Mahmoud Abbas dan PM Salam Fayedh di Ramallah. Sementara para
pemimpin Palestina dari Hamas tidak ada dalam agenda kunjungannya,
karena dianggap sebagai pemimpin kelompok teroris.

Koresponden Al Jazeera, mengatakan Obama diperkirakan tidak akan
mengeluarkan statemen penting terkait dengan Palestina, namun yang
lebih ia fokuskan adalah masalah perlunya dilakukan pencegahan agar
Iran tidak memiliki rudal-rudal yang mampu mengancam keamanan Israel.

Obama bahkan secara terbuka ketika menanggapi ledakan bom di Jerusalem
pada Selasa (22/7) mengatakan bahwa AS mendukung Israel. “AS akan tetap
mendukung Israel dalam perangnya melawan terorisme dan haknya untuk
mempertahankan diri dari aksi-aksi teror,” ujarnya.

Obama
juga mengikuti tradisi politik AS yakni akan selalu tunduk kepada
Yahudi dan siap membela negara Zionis Israel. New York Sun Editorial di
awal tahun 2008 ini mengungkap bagaimana sikap Obama terhadap Israel.

“Saya memiliki komitmen yang jelas dan kuat atas keamanan Israel sekutu
terkuat kita di wilayah itu dan satu-satunya di wilayah itu negara
dengan demokrasi yang mapan. Dan itu akan menjadi titik awal saya,”
ujarnya.

Obama juga mengatakan jika dia menjadi presiden Amerika maka negaranya
akan membantu Israel. Hal ini dikatakan Obama kepada Dewan Demokrasi
Yahudi Nasional (The National Jewish Democratic Council/NDJT) bulan
Februari 2007.

“Mereka yang telah bekerja dengan saya di Chicago pada Dewan dan
sekarang ada di Senat AS akan menyaksikan bahwa saya bukan cuma omong
besar, saya akan melakukan apapun jika menyangkut keamanan Israel. Saya
pikir ini hal yang fundamental. Saya kira ini menyangkut kepentingan AS
kerena hubungan kami yang istimewa, karena Israel tidak hanya telah
membangun demokrasi di wilayah itu tapi juga merupakan sekutu terdekat
dan loyal kepada kita,” kata Obama lagi.

Kandidat Presiden dari Partai Demokrat ini mengatakan dia akan
melakukan apapun semampunya untuk menjamin keamanan Israel dan
melindungi hubungan yang ada antara Amerika Serikat dan Israel. “Saya
berjanji kepada Anda bahwa saya akan melakukan apapun yang saya bisa
dalam kapasitas apapun untuk tidak hanya menjamin keamanan Israel tapi
juga menjamin bahwa rakyat Israel bisa maju dan makmur dan mewujudkan
banyak mimpi yang dibuat 60 tahun lalu,” kata Obama dalam sebuah acara
yang disponsori oleh Kedutaan Besar Israel di Washington untuk
menghormati hari jadi negara Israel yang ke-60. Dia diperkenalkan oleh
duta besar Israel kepada AS, Sallai Meridor

Sikapnya terhadap Hamas juga tidak berbeda dengan presiden Bush. “Saya
sudah mengatakan bahwa mereka adalah organisasi teroris, yang tidak
boleh kita ajak negosiasi kecuali jika mereka mengakui Israel,
meninggalkan kekerasan, dan kecuali mereka mau diam oleh perjanjian
sebelumnya antara Palestina dan Israel,” tandasnya.

Walhasil, umat Islam tidak perlu berharap Obama akan bersikap lebih
adil kepada umat Islam terutama kaum muslim Palestina. Tidak perlu juga
berharap Obama akan menghentikan Israel membantai umat Islam di
Palestina, karena sikap politik AS sudah jelas, siapapun yang menjadi
presiden AS tetap mendukung kepentingan Yahudi dan menjamin keamanan
negara Israel. [syarif/alj/www.suara-islam.com]

U.S. Democratic presidential contender Sen. Barack Obama, D-Ill., ...U.S. Democratic presidential contender Sen. Barack Obama, D-Ill., ...U.S. Democratic presidential contender Sen. Barack Obama, D-Ill., ...US Democratic presidential candidate Senator Barack Obama (D-IL) ...
Yahoo Foto

Obama Pertegas Loyalitas pada Israel
Capres
AS dari Partai Demokrat, Barack Obama mengakhiri kunjungannya di
Palestina dan Israel. Dalam jumpa persnya setelah berkunjung ke
pemukiman Yahudi Sdreot, Selatan Israel pada Kamis (24/7), Barrack
Obama kembali menunjukan loyalitas dan kesetiaannya terhadap negara
zionis Israel. Dalam jumpa pers tersebut, dia mengatakan jika dirinya
terpilih menjadi presiden AS, akan tetap mendukung Jerusalem sebagai
ibukota abadi bagi Israel. Obama juga berjanji akan memberi dukungan
yang kuat bagi eksistensi dan keamanan Israel.

Obama akan tetap mengikuti kebijakan politik para pendahulunya yang
tidak mengakui eksistensi HAMAS dan dia tidak mau berunding dengan
kelompok perlawanan Palestina ini. “Sulit bagi Israel untuk berunding
dengan sekelompok orang yang tidak mau mengakui eksistensi Israel,”
kata Obama dalam jumpa pers tersebut. “Hamas bukan representasi dari
rakyat Palestina,” imbuhnya.

Obama juga menyempatkan diri untuk mengunjungi museum korban Holocoust
di Jerusalem. Dalam kesempatan tersebut, Obama meletakan karangan bunga
sebagai ungkapan belasungkawa terhadap para korban.

Berbeda ketika bertemu dengan para pemimpin Palestina, Barrack Obama
tidak memberikan pernyataan pers apapun setelah bertemu Presiden
Palestina, Mahmoud Abbas dan PM Salem Fayyad di Ramallah. Namun Jubir
Kepresidenan Palestina, Nabel Abu Redenah mengatakan bahwa Obama dalam
pembicaraan itu hanya berjanji bahwa jika dirinya terpilih menjadi
Presiden, maka akan berupaya secara maksimal untuk menggerakan proses
perdamaian Palestina- Israel.

Menanggapi berbagai statemen Obama tersebut, Juru bicara HAMAS, Dr.
Samy Abu Zuhri menyatakan statemen Obama merupakan bukti bahwa
kebijakan politik AS terkait masalah Palestina tidak akan ada perubahan
dan selalu memihak Israel. HAMAS juga memprotes Obama yang dinilai
mengesampingkan hak-hak dasar bangsa Palestina untuk melakukan
perlawanan

Hal senada juga disampaikan seorang pemimpin HAMAS, Ismail Ridwan yang
mengatakan Obama melakukan standar ganda dalam menyikapi masalah
Palestina. Menurutnya, pernyataan Obama menunjukan sikap politik AS
akan tetap memihak Israel dan mengesampingkan hak-hak rakyat Palestina.
[syarif/alj/www.suara-islam.com]

Barack Obama at the Wailing WallSenator Barack Obama walks into the Hall of Remembrance at Yad Vashem Holocaust memorialBarack Obama rekindles the eternal flame in the Hall of Remebrance at the Yad Vashem Holocaust Memorial in Jerusalem
Obama Mengunjung Wailing Wall (Tembok Ratapan)





FATWA: POPE HINA AQIDAH ISLAM?

26 07 2008

Qardhawi Tanggapi Pernyataan Paus Soal Penghapusan Jihad dari Kamus Islam

Pernyataan
Paus Benedict XVI soal penghapusan istilah jihad atau perang suci dari
literatur kaum Muslimin dan tentang Rasulullah saw, memicu protes keras
di berbagai tempat. Mereka meminta Paus untuk meminta maaf atas
pernyataannya yang bertendensi buruk itu kepada satu setengah milyar
Muslim di seluruh dunia.

Dr. Yusuf Qardhawi, ketua Persatuan Ulama Islam Internasional mengatakan, “Kita
sekarang menunggu sikap yang akan dilakukan seorang petinggi agama di
dunia Kristen. Hendaknya ia lebih berhati-hati, teliti, berkonsultasi
dan berdialog lebih dahulu jika ingin bicara tentang agama besar
seperti Islam dan telah berkembang lebih dari 14 abad, juga dipeluk
oleh lebih dari satu setengah milyar manusia.”

Menurut
Qardhawi, Paus yang sebenarnya sibuk mengajarkan lahut dan sejarah
keyakinan di Universitas Ratesbon sejak tahun 1969, telah gegabah
mengkritik Islam bahkan menyerang Islam dari sisi keyakinan aqidah dan
hukumnya, dengan cara yang tidak layak, keluar dari orang sepertinya.

Qardhawi
melanjutkan, sebelum Paus mengeluarkan pernyataannya di Universitas
Regensberg Jerman hari Selasa lalu (13/9), seharusnya ia merujuk dahulu
ke kitab suci Al-Quran, dan keterangannya dari sunnah Rasulullah saw.
Tapi ia ternyata hanya merasa cukup dengan dialog yang terjadi empat
belas abad lalu antara raja Bizantium dan seorang Muslim Persia. Di
mana saat itu Raja Bizantium mengatakan, “Tunjukkan kepadaku
sesuatu yang baru yang dibawa Muhammad? Tidak ada sesuatu yang baru
sedikitpun kecuali keburukan dan ketidakmanusiaan seperti perintahnya
menyebarkan agama dengan mengangkat pedang….”

Qardhawi
menyanggah pernyataan Paus mengutip perkataan tersebut. Ia menegaskan
bahwa apa yang dikatakan oleh penguasa Bizantium itu adalah kedustaan
luar biasa. “Tak satupun tokoh yang konsisten dan keras
melawan keburukan, menyerukan kebaikan, memelihara kehormatan manusia,
menghormati fitrah manusia, seperti Muhammad saw yang diutus sebagai
rahmatan lil aalamiin,”
ujar Qardhawi. Ia lalu menegaskan
bahwa Islam tak menerima keimanan yang diakui oleh seseorang dengan
cara pemaksaan, karena Allah swt berfirman, “Tidak ada paksaan dalam
agama, telah jelas mana petunjuk dan mana kesesatan.”(QS. Al-Baqarah:
256)

Paus, tambah Qardhawi, lupa bahwa Rasulullah Muhammad saw
datang dengan kelebihan yang sangat dan sangat banyak yang tidak
terdapat dalam ajaran Kristen maupun Yahudi. Islam memadukan antara
unsur immaterial (ruhiyah) dengan materil (maddiyah), antara dunia dan
akhirat, antara cahaya akal dan cahaya wahyu, dan menyeimbangkan antara
individu dan masyarakat, antara hak dan kewajiban. Lalu menetapkan
dengan jelas persaudaraan antar berbagai level masyarakat, antara
berbagai unsur masyarakat, satu sama lain. Itu tertera dalam firman
Allah swt, “Wahai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan Kalian dari
kaum laki-laki dan wanita dan Kami jadikan kalian berbangsa-bangsa dan
berkelompok kelompok agar kalian saling mengenal.” (QS. Al-Hujuraat:
13). (na-str/iol)

SUMBER ERA MUSLIM